Chelsea FC Jawai Selatan (Anak Desa): Cerita Anak Desa

Sabtu, 10 November 2012

Cerita Anak Desa


Cerita Anak Desa
Aku dilahirkan di sebuah desa terpencil yang jauh dari keramain kota, hal itu tidak membuatku merasa ketinggalan zaman atau katrok kata anak-anak sekarang, justru hal itu yang membuatku lebih merasa modern dan lebih maju,, karena di desaku aku dapat mengerti akan kehidupan sebenarnya. Bermain di hamparan sawah, merupakan sebuah aktifitas yang sangat menyengkan da saat aku kanak-kanak, selalu ada saja hal baru yang dapat menjadi kenangan bahkan sebuah pelajaran tak mungkit didapat oleh anak-anak kota. Arti sebuah persahabatan begitu terasa di desaku ini.
Waktu semakin cepat mnghanyutkan sebuah kehidupan  kecil dan bahkan sebuah pelajaran yang perlahan-lahan lenyap dengan ke gemilauan perubahan kota. Masa kecil kemaren sangat berbeda sekali dengan masa kecil sekarang, yang mana semuanya serba gengsi dan malu. Tak ada lagi sawah untuk tempat bermain dan belajar dan tak ada lagi arti sebuah persahabatan. Temapat bermain mereka sekarang harus memiliki tren menurut mereka. Menyedihkan saat menyaksikan anak-anak ataupun remaja di masa ini terjajah dengan dunia yang glamor. Tidak tau siapa yang harus dipersalahkan, waktu, keluarga ataukan diri pribadi mereka.
Permasalahan ini memberikan sebuah gambaran apa yang ada pada desa yakni pertanian. Kehidupan yang serba instan membuat semua serba ingin mudah tampa harus mngetahui bahkan untuk mempelajari dari mana mereka sekarang dapat makan. Mereka tau jawaban ini dan mereka pasti akan menjawab pertanian, tapi mereka tidak mungkin akan mengetahui proses dari pertanian itu sendiri.
Dukungan dari pemerintah tidak memberi dampak yang begitu nyata justru bahkan sebaliknya, mengapa demikian, karena masih banyak terdapat oknum-oknum yang berates namakan pemerintah.  Perkataan yang membakar telinga dan semangat kaum petani kaum rakyat kecil hanya sebatas perkataan. Harapan petani mengenggam berlian dari kata-kata mereka yang tak kunjung terwujut. Kondisi perekonomian yang tidak adil untuk para petani, itulah yang sekarang mereka rasakan, harga hasil panen dengan kebutuhan hidup dan sarana produksi yang sangat berbeda jauh, justru hamper mendekati sebuah bencana kepada mereka. Semua harapan dan semua perkatan berates namakan Subsidi untuk petani, tapi kenyataan tidak membuktikan apa yang telah terucap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar